AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1.Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus . Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan ,kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail ,mencakup lebih banyak kriteria yang lain.Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2.Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments)
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3.Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1.Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2.Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3.Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
Mengenal Analytical Hierarcy Process (AHP)
Analytical Hierarcy Process (AHP) adalah metode keputusan multikriteria untuk pemecahan masalah yang kompleks atau rumit, dalam situasi tak terstruktur menjadi bagian-bagian (variabel) yang kemudian dibentuk menjadi hierarki fungsional atau struktur network untuk menampilkan permasalahan yang akan dipecahkan dan kemudian membangun urutan prioritas untuk alternatif melalui perbandingan berpasangan alternatif yang ada berdasarkan penilaian dari pembuat keputusan terhadap sistem. AHP. AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty di Wharton School Bussiness merupakan model keputusan yang mirip/identik dengan model perilaku politis yaitu merupakan model keputusan individual denngan pendekatan kolektif dari pengambil keputusannya.
AHP dapat memecahkan masalah yang kompleks di mana kriteria yang diambil cukup banyak. Dengan pertimbangan dan penilaian yang logis serta dilengkapi imajinasi , pengetahuan dan pengalaman dari pembuat keputusan akan beruasaha disusun hierarki dan struktur dari sebuah masalah, yang adakalanya masalah tersebut sangat kompleks dikarenakan oleh struktur masalah yang belum jelas, atau ketidakpastian persepsi pengambil keputusan dan mungkin tidak adanya data statistik yang mencukupi. Dengan melakukan pemberian bobot atau rasio skala prioritas di dalamnya, AHP memungkinkan pengambil keputusan mempertimbangkan sisi subjektif dan objektif dari keputusan.
AHP melakukan pemecahan masalah dengan cara sistematis. AHP membantu menangkap tujuan ukuran evaluasi dan menyediakan mekanisme untuk memeriksa konsistensi ukuran evaluasi dan alternatif yang disarankan dan mengurangi bias dalam pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan keputusan sering terjadi inkonsistensi yang disebabkan oleh kesalahan perhitungan, kurangnya informasi, kurangnya konsentrasi dan mungkin keadaan dunia nyata yang selalu berubah. Dalam hal konsistensi , AHP tidak memerlukan konsistensi yang sempurna. AHP memiliki toleransi terhadap inkonsistensi yang akan dijelaskan lebih lanjut.
AHP sering digunakan dalam sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan di bawah :
1.Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2.Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3.Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
AddMe - Search Engine Optimization
Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk
Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk
Sebelum memilih solusi dari beberapa alternatif yang ada, diperlukan adanya kriteria. Kriteria mewakili definisi masalah dalam bentuk konkret. Kriteria kemudian dianalisis, sehingga diperoleh standar pengukuran. Jika memungkinkan kriteria harus digambarkan dalam bentuk kuantifikasi. Namun dalam kenyataannya ada saja kriteria yang sulit dikuantifikasi seperti faktor sosial, estetika, keadilan, faktor-faktor politis dan kelayakan pelaksanaan. Tapi jika kriteria yang hendak dipakai bisa dikuantifikasi , maka kuantifikasi wajib dilakukan. Proses pemilihan kriteria harus dilakukan dengan pertimbangan yang benar-benar matang agar tidak ada faktor-faktor yang terlewatkan atau malah tumpang tindih.
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria (Suryadi dan Ramdhani, 1998) antara lain
a.Lengkap, maksudnya kriteria dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan.
b.Operasional, agar bisa digunakan dalam analisis. Sifat ini mencakup beberapa pengertian antara lain kumplan kriteria ini mempunyai arti bagi pengambil keputusan , sehingga implikasinya bisa benar-benar dimengerti.Selain itu jika tujuan pengambilan keputusan digunakan sebagai sarana meyakinkan pihak lain, kriteria ini harus menjadi sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.
c.Tidak berlebihan, sehingga menghindarkan perhitungan berulang. Harus dihindari kriteria dengan pengertian yang sama
d.Minimum, agar mengkomprehensipkan persoalan. Jika semakain banyak kriteria yang kita tetapkan semakin sukar untuk mengerti persoalan dengan baik dan jumlah perhitungan yang dilakukan akan bertambah.
Paradigma Kriteria Tunggal
Melalui analisis pengambilan keputusan kriteria tunggal, setiap hubungan preferensi antar alternatif dibandingkan dengan hasil antara lebih disukainya suatu alternatif (P-prefer) dan tidak berbeda (indefferent).
Paradigma Kriteria Majemuk
Setiap hubungan preferensi alternatif dibandingkan melalui analisis keputusan kriteria majemuk dibedakan hasilnya menjadi lebih disukai (P-prefer), tidak berbeda (indiferent), dan tidak dapat dibandingkan (I-indiferrent) dan tidak dapat dibandingkan (incomparability).
Konsep dasar pemilihan untuk menghadapi pengambilan keputusan kriteria majemuk antara lain :
a.Dominasi
b.Leksikografi
c.Tingkat aspirasi