Paket Liburan Bali

Sewa Mobil -Driver -Tour di Bali

Promo Liburan ke Bali

Post Office Protocol - Version 3 (POP3)

Pendahuluan
Dewasa ini email telah menjadi sarana komunikasi standar bagi para user komputer. Email juga mulai menggeser peranan surat konvensional yang menggunakan kertas. Kecepatan dan kepraktisan menjadi alasan utama para pengguna email dibandingkan menggunakan surat konvensional.
Untuk memberikan layanan email diperlukan software pendukung untuk mail server dan klien e-mail. Aplikasi mail server merupakan software yang berfungsi sebagai pusat pengendali dan manajemen layanan email. Fungsi utamanya adalah menyediakan konfigurasi account user, pengaturan routing email, serta pembatasan terhadap hak – hak user. Selain itu, aplikasi ini memiliki fungsi pelindung terhadap berbagai gangguan eksternal seperti spam dan virus. Fungsi mail server dapat dianalogikan dengan kantor pos dalam sistem pengiriman surat konvensional.
Untuk mengakses layanan email diperlukan aplikasi di sisi klien sehingga pengguna dapat men-download email. Aplikasi ini menghubungi mail server dengan mengirimkan informasi account dan password tersebut, email untuk suatu account akan di-download ke klien, biasanya menggunakan protokol POP3. apabila seorang user mengirimkan email maka mail server akan men-download email tersebut menggunakan protokol SMTP. Protokol layanan email berjalan pada protokol TCP/IP yang telah menjadi standar komunikasi di internet dan jaringan komputer saat ini. Protokol TCP/IP sendiri sebenarnya ,erupakan kumpulan berbagai macam protokol dan kemudian terangkum dalam satu set seperti yang dikenal saat ini.
Terdapat dua protokol utama yang sering digunakan dalam layanan email :
- Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)
- Post Office Protocol Version 3 (POP3)
Metode – metode penerimaan email :
1. Penggunaan jasa ETRN
2. Metode DomainPOP Collection
3. Fasilitas MultiPOP
4. Fasilitas SMTP


Protokol POP yang banyak digunakan saat ini adalah versi 3 atau lebih dikenal sebagai POP3." Post Office Protocol - Version 3 (POP3) dimaksudkan untuk mengijinkan suatu workstation untuk mengakses suatu maildrop pada suatu server host secara dinamik. Ini berarti bahwa protokol POP3 digunakan untuk mengijinkan suatu workstation mendapatkan kembali mail dimana server memegang peranan untuk itu.
Anggap lebih sederhana, suatu POP3 Server menyimpan email untuk client dan menyampaikan email tersebut kepada client ini melalui jaringan ketika mereka menanyakannya. Selanjutnya, protokol POP3 menyediakan suatu "lock-step" transactional session yang mana harus sukses dicapai sebelum banyak pesan dapat di delete dari server. Jika sebuah sesi POP3 gagal untuk beberapa alasan, pesan – pesan original ditahan pada server.
Perhatikan bahwa suatu POP3 Server tidak menukar mail dari client dengan server yang jauh. Dengan kata lain, dia tidak bertindak sebagai MX (Mail Exchanger) pada DNS (Domain Name System) untuk tujuan mengirimkan email, itu adalah fungsi suatu SMTP (Simple Mail Transport Protocol) Server.

Untuk lebih mudahnya, peran protokol ini adalah untuk mengambil email yang tersimpan dalam mailbox tiap user di mail server, yang biasanya juga berfungsi sekaligus sebagai SMTP server. SMTP tidak memiliki mekanisme penyimpanan email ke mailbox dan mendistribusikannya tiap user sehingga protokol POP3 mengambil peran tersebut.

Server POP3 menyimpan sementara email tiap user di dalam mailboxnya masing – masing sebelum akhirnya di-download oleh user bersangkutan menggunakan klien email seperti Outlook ataupun Eudora. Dalam proses pengambilan tersebut klien email terhubung ke mail server menggunakan protokol POP3 yang berjalan pada TCP port 110.

Skenario pengambilan email dengan POP3 ini juga dapat digunakan oleh suatu mail server untuk mengambil email dari mail server lain, jadi tidak terbatas digunakan oleh klien email saja. Dalam berhubungan dengan server, klien POP3 menggunakan beberapa perintah sebagai berikut :

 Stat : meminta informasi jumlah pesan yang tersedia
 List : menentukan ukuran setiap pesan yang akan diambil
 Retr : mengambil pesan yang terdapat di server
 Quit :mengakhiri session POP3

Post Office Protocol version 3 (POP3), ditunjuk sebagai STD 53 pada "Internet Official Protocol Standards," dilukiskan pada Internet "Request For Comments" document RFC 1939. Walaupun POP3 AUTHentication Command (diperkenalkan pada RFC 1734 untuk mempertinggi keamanan dari protocol setelah tindakan pertama POP3 specification (RFC 1725)), direferensikan sebagai suatu footnote pada RFC 1939, dia secara tidak formal termasuk pada spesifikasi terakhir dai POP3. sebagai akibatnya, suatu POP3 Extension Mechanism diadopsi pada RFC 2449, yang mana secara formal ditambahkan command AUTH (dan yang lainnya) kepada protokol dan menyediakan kedua fungsionalitas terbaru (capabilities responses dan error responses) dan flexibilitas future extensions untuk POP3 protocol. Contoh terbaru penggunaan POP3 Extension Mechanism ada pada RFC 3206, yang mana menambahkan new error response codes pada protocol.

Metode penerimaan email dengan metode MultiPOP menggunakan protokol POP3 untuk mendownload email dari server Pop3 ke mail server jaringan Anda. Prinsip kerjanya sama dengan penggunaan protokol POP3. sebelum mengambil email, harus diberikan in formasi mengenai account user serta password sehingga server Pop3 dapat mengenali identitas mailbox yang akan di-download.

Dalam metode ini, email tiap user disimpan di mailboxnya masing – masing, tidak digabungkan dalam satu mailbox. Tipa account memiliki alamat dan password masing – masing sehingga harus dilakukan konfigurasi MultiPOP untuk tiap user di mail server. Dengan menggunakan MultiPOP kita dapat memasukkan lebih dari satu account POP3 ke satu user sehingga seorang user dapat mengambil email dari berbagai account sekaligus.
Kekurangan metode ini adalah pada bnayaknya pekerjaan tambahan yang harus Anda lakukan sebagai administrator email. Karena teknik ini mengambil email dari account POP3 setiap user maka Anda harus memasukkan informasi POP3 ke dalam menu MultiPOP tiap user.

Proposal Tugas Akhir

Berikut ini contoh proposal Skripsi / tugas akhir :
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Sistem Pendukung Keputusan dengan Metode Analytical Hierarcy Process (AHP) untuk Seleksi Calon Karyawan Berdasarkan Hasil Tes Kepribadian

A.Latar Belakang Masalah
Sebuah masalah dalam kehidupan dapat diselesaikan dengan berbagai metode yang mungkin saja memberikan pemecahan masalah secara langsung atau memberi beberapa alternatif solusi untuk pemecahan masalah.
Sebuah perusahaan akan berhati-hati dalam menyeleksi calon karyawan yang nantinya akan menjadi karyawan di perusahaan bersangkutan. Kesalahan dalam memilih seorang karyawan tentunya akan membawa pengaruh negatif bagi kinerja perusahaan bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan metode yang sistematis dan seleksi yang tepat dalam pemilihan calon karyawan. Selain menilai kemampuan teknis, perusahaan juga perlu melakukan penilaian kepribadian terhadap calon karyawan. Pihak manajemen personalia kadang merasa kesulitan melakukan penilaian tersebut secara langsung. Oleh karena itu biasanya dilakukan tes psikologi kepribadian. Tes psikologi secara umum akan menunjukkan keadaan emosional seseorang, walaupun tidak selalu demikian. Seseorang dengan kemampuan teknis baik namun jika tidak ditunjang dengan kecerdasan emosional yang cukup, mungkin akan mengalami kesulitan dalam lingkungan kerjanya. Tes psikologi akan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana namun jawabannya akan cukup mewakilkan kepribadian seseorang. Data tes dan hasil tes psikologi biasanya dihimpun dalam kertas atau dalam aplikasi komputer berupa tabel yang memuat data dan nilai dari masing-masing peserta tes. Penilaian dan pertimbangan dari hasil tes psikologi harus dilakukan secara berhati-hati dan dengan metode yang tepat
Melihat kondisi seperti di atas, maka kiranya diperlukan suatu sistem yang bisa menyimpan data calon karyawan, hasil tes secara terintegrasi dan kemudian melakukan analisa terhadap hasil tes kepribadian tersebut dan memberikan alternatif solusi bagi pihak manajemen dalam pemilihan calon karyawan yang tepat untuk menjadi karyawan perusahaan sesuai dengan posisi yang dibutuhkan perusahaan dilihat dari segi kepribadian.

B.Rumusan Masalah
Melihat latar belakang permasalahan maka masalah yang dirumuskan yaitu bagaimana membuat suatu sistem pendukung keputusan yang dapat membantu dan memberi alternatif solusi bagi pihak manajemen personalia dalam memilih orang yang tepat untuk kemudian dijadikan karyawan perusahaan bersangkutan dengan melihat analisa dari hasil tes kepribadian dilengkapi dengan grafik dan gambar yang diperlukan.

C .Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini, untuk mengatasi permasalahan yang ada maka penyusun membatasi permasalahan sebagai berikut :
1.Sistem akan memberikan alternatif solusi bagi pihak manajemen personalia dalam hal seleksi calon karyawan berdasarkan hasil tes kepribadian Keputusan akhir tetap berada di tangan manusia (pihak manajemen).
2.Seleksi dilakukan untuk memilih karyawan dengan rentang umur 22-30 tahun dari sekian banyak calon karyawan yang nantinya diposisikan sebagai staf.
3.Sistem melakukan penyimpanan data calon karyawan dan data hasil tes kepribadian secara terintegrasi.
4.Sistem akan memberikan melakukan analisa terhadap hasil tes kepribadian dan kemudian memberikan gambaran dan solusi bagi pihak manajemen personalia
5.Tes kepribadian yang diberikan diasumsikan mencakup kriteria-kriteria antara lain kejujuran,loyalitas,semangat/motivasi,optimisme/percaya diri dan adaptasi/kerjasama.

D.Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
1.Metode tinjauan pustaka (studi literatur), yaitu dengan memahami buku yang terkait dengan sistem pendukung keputusan dan metode AHP untuk pemecahan masalah serta buku-buku psikologi yang membahas tentang tes kepribadian dan psikologi kerja.
2.Wawancara yaitu tanya jawab dengan orang yang berkecimpung di bidang psikologi.
3.Pengumpulan data, berupa data hasil tes kepribadian yang pernah dilakukan atau dengan mengadakan sebuah tes kecil terhadap beberapa orang yang berusia 22-30.

E.Tinjauan Pustaka
Pada buku karangan Efraim Turban dan Jay E Aronson yang berjudul Decision Support System and Intelligent System (1995) dijelaskan mengenai konsep dasar sistem pendukung keputusan sebagai alat bantu pengambilan keputusan Dalam buku tersebut juga dijelaskan mengenai struktur dan komponen-komponen yang membangun sistem pendukung keputusan.
Metode AHP sebagai salah satu metode memecah masalah yang kompleks dan dalam situasi tidak terstruktur menjadi suatu bentuk hierarki , dijelaskan dalam buku karangan Dr.Ir.Kadarsah Suryadi dan Ir.M.Ali Ramdhani yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan, Suatu Wacana Struktural Idelisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan (1998). Metode AHP sering digunakan karena sifatnya yang berupa hierarki yang terstruktur, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif , dan memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Pada buku karangan Peter Lauster yang berjudul Tes Kepribadian (1997) dijelaskan mengenai bagaimana pengukuran dan estimasi terhadap kepribadian seseorang yaitu dengan tes kepribadian yang akan menuntut reaksi spontan dan pada akhirnya akan memperlihatkan sikap dominan dari seseorang.
Untuk implementasi sistem/program yang menggunakan Delphi 5 penulis mengacu pada buku yang relevan seperti Pemrograman Borland Delphi oleh Anthony Pranata..

F.Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan,
batasan masalah, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Dasar Teori
Berisi tentang teori-teori tentang sistem pendukung keputusan (SPK), pengambilan keputusan ,metode AHP, psikologi kerja dan tes kepribadian
BAB III : Rancang Bangun SPK menggunakan AHP
Berisi tentang gambaran umum mengenai sistem , spesifikasi sistem dan pemodelan menggunakan AHP.
BAB IV :Implementasi sistem
Berisi tentang implementasi sistem yang berupa bagian/modul program yang dibangun untuk pemasukan data dan kalkulasi .
BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang hasil penelitian,analisis dan pembahasannya.
BAB VII :Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Suryadi, K. dan M.Ali Ramdhani.1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja Rosdakarya,Bandung.
Turban, E. and Jay E.Aronson. 1998. Decision Support System and Intelligent System. Prentice-Hall International, Inc, New Jersey.
Pranata,A.1998.Pemrograman Borland Delphi. Penerbit Andi Yogyakarta,Yogyakarta.
Lauster, P. 1997. Tes Kepribadian. Penerbit Gaya Media Pratama.Jakarta.
Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Tahapan AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :
1.Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2.Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3.Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4.Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah.

Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5.Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6.Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7.Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mensdapatkan rata-rata.
8.Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Mau Liburan ke Bali ? Paket Liburan ke Bali