Akhirnya..
Barcelona vs Manchester United di final Liga champion 2008/2009 di Roma..
Barcelona yang dianggap sebagai tim terbaik Eropa saat ini berhadapan dengan juara bertahan Liga Champions Manchester United. Keduanya juga sudah menjadi juara di liga masing-masing. Yang "kurang" adalah, kedua klub yang masuk dalam jajaran elit Eropa ini tergolong sedikit prestasinya di Liga Champions: Barcelona baru dua kali juara, MU tiga.
Antisipasi penggemar bola berpusar pada kenyataan bahwa Barcelona saat ini dianggap berkemampuan tekhnik terbaik di Eropa, sementara MU dianggap mempunyai variasi permainan paling lengkap. Kesamaan di antara keduanya adalah bernaluri menyerang. Tetapi bukan sekadar gaya permainan dan teknikalitas, sejarah kedua klub itu juga sama ramainya.
Mes que un club, bukan sekadar sebuah klub, semboyan Barcelona. Memang sejarah Barcelona adalah sejarah perlawanan, sejarah keteguhan sikap, sejarah kemerdekaan berpikir, bagian dari sejarah perlawanan warga Catalan atas dominasi Spanyol yang menjadikan mereka sebagai "hanya" bagian dari sebuah negara.
Sejarah politik mencatat bagaimana warga Catalan tidak pernah benar-benar bisa menerima diri mereka sebagai bagian dari Spanyol seutuhnya. Bahkan hingga kini. Lewat Barcelona -- klub Catalan paling sukses -- walau di tingkat "Real Politik" mereka kalah, warga Catalan merasa leluasa terus mewujudkan perlawanannya.
Itulah sebabnya pertandingan melawan Real Madrid yang dianggap sebagai perwujudan penjajah Spanyol karena dulu merupakan klub kesayangan diktator Spanyol Jenderal Franco, membawa aura tidak sekadar pertandingan sepakbola, tetapi lebih dalam lagi.
Di awal tahun 1970-an ketika Rinus Michels datang ke Barcelona dan kemudian diikuti Johan Crujff memperkenalkan Total Football. Sistem dengan segala kerumitan dan tuntutan teknikalitasnya yang sangat tinggi.
Barcelona di bawah Michels hanya memenangkan La Liga tahun 1974, tetapi yang pertama sejak tahun 1960, dan Copa del Rey tahun 1978. Namun yang lebih penting lagi adalah gaya permainan mereka dianggap lebih superior dari saingan berat mereka, Real Madrid. Barcelona dianggap memainkan sepakbola yang sesungguhnya. Catalan boleh terjajah tetapi mereka merasa memenangkan nilai moral, setidaknya dalam sepakbola ini.
Terjadilah kemudian simbiosis mutualistis. Barcelona menemukan bentuk permainan yang mereka ingin mainkan dan memberikan harga diri moral, lalu pada gilirannya menjadi murid paling disiplin dalam memegang teguh sistem ini, di luar Belanda tentunya. Barcelona enggan untuk melepas kemenangan moral itu apapun taruhannya.
Tak heran kalau puluhan pemain Belanda pernah bermain di Barcelona. Selain Rinus Michels, tercatat Louis Van Gaal, Frank Rijkard, dan tentu saja Johan Crujff sempat menjadi pelatih di klub ini. Semuanya kental dengan konsep bermain Total Football.
Kesebelasan Barcelona yang bermain sekarang adalah turunan langsung dari sepakbola jaman Michels ini. Pep Guardiola, pelatih Barcelona sekarang, adalah kapten Barcelona saat mendominasi La Liga tahun 1990-an dan ketika mereka memenangi Liga Champions pertamanya di tahun 1992. Pelatih Barcelona saat itu tak lain dan tak bukan adalah Johan Crujff, si anak emas sistem Total Football.
Pep Guardiola tak segan untuk mengakui bahwa ia hanya sekadar meneruskan apa yang dipelajarinya dari Crujff. Menekan tanpa henti dan menyerang tanpa sendatan, apapun situasinya apapun kondisinya. Posisi pemain memang tak selentur dalam Total Football, tetapi cetak biru bahwa setiap pemain bertahan bersama, menyerang bersama, menyempitkan bidang serang lawan, dan memanfaatkan lebar lapangan untuk membangun serangan tetap dipegang teguh.
MU adalah klub yang juga memegang filosofi menyerang sebagai senjata utamanya. Sebutan Red Devils atau 'Setan Merah' mempunyai sejarah yang panjang, sepanjang sejarah klub itu sendiri.
Berawal dari klub bernama Newton Heath di seperempat akhir abad 19, mereka mendapat julukan 'The Heathen'. Konon sebutan Red Devils berasal dari kata heathen ini. Karena walau Heathen berarti pemain dari Newton Heath, tetapi heathen di kamus juga berarti mereka yang menentang Tuhan, karenanya setan. Ketika di awal abad 20 mereka memutuskan untuk mengganti seragam mereka menjadi merah, para penonton yang melihat permainan mereka yang berlari dan kesetanan menyerang tanpa henti, mengatakan seperti menonton setan itu sendiri yang berseragam merah, red heathen—red devil—setan merah. Julukan itu lekat walau Newton Heath telah berubah menjadi Manchester United.
Para pengurus klub sejak awal, atau setidaknya setelah berganti nama menjadi Manchester United, bermaksud untuk menghadirkan permainan menyerang dan tontonan yang menghibur, setia dengan julukannya sebagai Setan Merah. Manchester sebagai salah satu kota industri terbesar dunia dipergantian abad 20 memerlukan hiburan massal yang murah untuk penduduknya, dan MU ingin menyediakan hiburan itu. Satu lagi yang mereka inginkan: merekrut sebanyak mungkin pemain lokal.
Kalau di Rinus Michels Barcelona menemukan orang yang menyuntikkan kemenangan moral yang mereka dambakan, Manchester United menemukannya di Sir Matt Busby di tahun 1950-an.
Sir Busby menjaga nyawa sepakbola menyerang tetapi juga memperkenalkan keseimbangan. Pada dasarnya pertahanan yang kuat diperlukan untuk membangun serangan yang bagus dan serangan tidak dibangun dengan hanya asal menyepak bola sejauh mungkin ke garis pertahanan lawan dan menyerahkannya kepada duo striker yang biasanya tinggi besar, tapi lamban dan kecil namun cekatan. Serangan bisa dilakukan dengan menyusur tanah memanfaatkan pemain tengah dan sayap yang bagus dan bertenaga.
Tetapi sekali lagi harus ada keseimbangan, pemain bertahan tugas utamanya adalah bertahan, pemain tengah melindungi pemain bertahan dan mengalirkan serangan, pemain depan mencetak gol. Konsep konservatif sepakbola ini harus dipegang dengan disiplin tinggi, demikian Sir Matt Busby.
Sir Busby adalah salah satu pelatih di Inggris yang kemudian juga memperkenalkan konsep serangan balik mematikan lewat umpan cepat menyusur tanah memanfaatkan presisi umpan dan (atau) kecepatan pemain sayap, persis seperti yang ditiru Sir Alex Ferguson saat ini. Tentu diperlukan pemain yang bagus untuk mengeksekusi konsep serangan seperti ini karena kadang jendela waktu untuk melakukan serangan ini hanya sekitar 40 detik maksimum dari gawang ke gawang. Gol ketiga Cristiano Ronaldo ke Arsenal di semifinal Liga Champions yang hanya lewat sembilan sentuhan dan dibawah 30 detik adalah contoh paling mutakhir.
Dengan memanfaatkan jaringan gereja Katolik di Manchester, MU bukan klub keagamaan tetapi hirarki kepemilikan dan pelatihan dulunya adalah penganut Katolik yang taat, Sir Busby mendapat pasokan pemain berbakat lokal. Hasilnya adalah tim Busby Babes pertama yang dipuja tidak hanya di Inggris tetapi juga Eropa, tetapi sayangnya tidak sempat memenuhi potensinya karena kecelakaan pesawat di Muenchen tahun 1958. Busby Babes kedua tidak sehebat yang pertama tetapi mengantar MU menjadi klub Inggris pertama yang memenangi Piala Champions tahun 1968.
Sir Matt Busby menjadi dewa di MU dan bukan kebetulan kalau klub ini selalu menjaga cetak biru permainan yang diletakkan olehnya. Apalagi Alex Ferguson adalah salah satu pengagumnya dan mengaku menjaga tinggalan gaya permainan Busby adalah sebuah kewajiban baginya.
Barcelona vs Man United? Kalau keduanya setia dengan gaya permainan mereka, setia dengan perjalanan sejarah mereka, benar-benar akan menjadi final impian
STATISTIK MENGUNGGULKAN MU
Bicara soal final, Manchester United jelas punya rekor lebih baik dari Barcelona. Begitu juga untuk urusan head-to-head kedua kesebelasan. Pertanda The Red Devils bakal berjaya lagi?
Jawaban pertanyaan itu masih harus dilihat usai laga yang akan dihelat di Stadion Olimpico, Kamis (28/5/2009) dinihari WIB. Pasalnya, jika melihat performa mereka sepanjang musim ini, Barca juga memiliki peluang kuat untuk keluar sebagai juara.
Namun MU tak pernah gagal jika sudah mencapai final Liga Champions. Dari tiga final yang mereka lakoni sebelumnya, yakni pada 1968, 1999, dan 2008, semuanya berakhir dengan para pemainnya bergantian mengangkat trofi juara.
Sementara Barca sendiri sebelum ini sudah lima kali mencapai partai puncak. Namun, Los Blaugranas hanya dua kali berhasil menjadi juara, yakni pada tahun 1992 dan 2006.
Sepanjang sejarah, kedua tim sudah bertemu sebanyak sembilan kali. MU memenangi tiga di antaranya, sementara Barca dua. Sisa empat pertandingan lainnya berakhir dengan hasil imbang.
Pada pertemuan terakhir musim lalu, yakni pada babak semifinal, MU sukses menyingkirkan Barca usai menang 1-0 di Old Trafford. Kala itu Paul Scholes pahlawan kemenangan 'Setan Merah' lewat tendangan jarak jauhnya yang tak mampu dihalau oleh Victor Valdes.
Selain catatan di atas, masih ada berbagai fakta lainnya yang akan mengiringi laga final ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
* Meski terkenal dengan ketajamannya, Barca hanya sukses mencetak dua gol dalam tiga pertandingan terakhir di Liga Champions musim ini. Mereka bermain imbang 1-1 pada leg kedua perempatfinal melawan Bayern Munich, imbang 0-0 melawan Chelsea di leg I semifinal, dan akhirnya hanya bermain imbang 1-1 di leg II semifinal.
* Barcelona hanya pernah satu kemenangan dalam delapan pertandingan terakhir mereka melawan klub asal Inggris. Dalam empat laga terakhir melawan tim-tim Inggris, Barca bahkan hanya mampu mencetak satu gol.
* Lionel Messi telah mencetak delapan gol dalam 10 pertandingan terakhir di Liga Champions musim ini, namun tak ada satu pun golnya itu yang ia lesakkan ke gawang tim asal Inggris.
* Sepanjang sejarah, Barcelona telah 60 kali menghadapi tim Inggris di semua turnamen Eropa. Mereka memenangi 26 di antaranya. Sementara 16 lainnya berakhir dengan kekalahan, dan 18 lainnya berakhir imbang.
* MU kini tengah berusaha untuk memperpanjang catatan mereka menjadi 25 pertandingan tak terkalahkan di Liga Champions.
*Jika MU keluar sebagai juara, maka Sir Alex Ferguson akan menjadi pelatih pertama yang meraih tiga titel juara pada era Liga Champions--yang dimulai sejak tahun 1992.
* Tim-tim dari Spanyol dan Inggris sudah bertemu sebanyak 11 kali di partai final. Dari pertemuan-pertemuan itu, enam pertandingan dimenangi klub Spanyol, sementara lima sisanya oleh klub Inggris
Barcelona vs Manchester United di final Liga champion 2008/2009 di Roma..
Barcelona yang dianggap sebagai tim terbaik Eropa saat ini berhadapan dengan juara bertahan Liga Champions Manchester United. Keduanya juga sudah menjadi juara di liga masing-masing. Yang "kurang" adalah, kedua klub yang masuk dalam jajaran elit Eropa ini tergolong sedikit prestasinya di Liga Champions: Barcelona baru dua kali juara, MU tiga.
Antisipasi penggemar bola berpusar pada kenyataan bahwa Barcelona saat ini dianggap berkemampuan tekhnik terbaik di Eropa, sementara MU dianggap mempunyai variasi permainan paling lengkap. Kesamaan di antara keduanya adalah bernaluri menyerang. Tetapi bukan sekadar gaya permainan dan teknikalitas, sejarah kedua klub itu juga sama ramainya.
Mes que un club, bukan sekadar sebuah klub, semboyan Barcelona. Memang sejarah Barcelona adalah sejarah perlawanan, sejarah keteguhan sikap, sejarah kemerdekaan berpikir, bagian dari sejarah perlawanan warga Catalan atas dominasi Spanyol yang menjadikan mereka sebagai "hanya" bagian dari sebuah negara.
Sejarah politik mencatat bagaimana warga Catalan tidak pernah benar-benar bisa menerima diri mereka sebagai bagian dari Spanyol seutuhnya. Bahkan hingga kini. Lewat Barcelona -- klub Catalan paling sukses -- walau di tingkat "Real Politik" mereka kalah, warga Catalan merasa leluasa terus mewujudkan perlawanannya.
Itulah sebabnya pertandingan melawan Real Madrid yang dianggap sebagai perwujudan penjajah Spanyol karena dulu merupakan klub kesayangan diktator Spanyol Jenderal Franco, membawa aura tidak sekadar pertandingan sepakbola, tetapi lebih dalam lagi.
Di awal tahun 1970-an ketika Rinus Michels datang ke Barcelona dan kemudian diikuti Johan Crujff memperkenalkan Total Football. Sistem dengan segala kerumitan dan tuntutan teknikalitasnya yang sangat tinggi.
Barcelona di bawah Michels hanya memenangkan La Liga tahun 1974, tetapi yang pertama sejak tahun 1960, dan Copa del Rey tahun 1978. Namun yang lebih penting lagi adalah gaya permainan mereka dianggap lebih superior dari saingan berat mereka, Real Madrid. Barcelona dianggap memainkan sepakbola yang sesungguhnya. Catalan boleh terjajah tetapi mereka merasa memenangkan nilai moral, setidaknya dalam sepakbola ini.
Terjadilah kemudian simbiosis mutualistis. Barcelona menemukan bentuk permainan yang mereka ingin mainkan dan memberikan harga diri moral, lalu pada gilirannya menjadi murid paling disiplin dalam memegang teguh sistem ini, di luar Belanda tentunya. Barcelona enggan untuk melepas kemenangan moral itu apapun taruhannya.
Tak heran kalau puluhan pemain Belanda pernah bermain di Barcelona. Selain Rinus Michels, tercatat Louis Van Gaal, Frank Rijkard, dan tentu saja Johan Crujff sempat menjadi pelatih di klub ini. Semuanya kental dengan konsep bermain Total Football.
Kesebelasan Barcelona yang bermain sekarang adalah turunan langsung dari sepakbola jaman Michels ini. Pep Guardiola, pelatih Barcelona sekarang, adalah kapten Barcelona saat mendominasi La Liga tahun 1990-an dan ketika mereka memenangi Liga Champions pertamanya di tahun 1992. Pelatih Barcelona saat itu tak lain dan tak bukan adalah Johan Crujff, si anak emas sistem Total Football.
Pep Guardiola tak segan untuk mengakui bahwa ia hanya sekadar meneruskan apa yang dipelajarinya dari Crujff. Menekan tanpa henti dan menyerang tanpa sendatan, apapun situasinya apapun kondisinya. Posisi pemain memang tak selentur dalam Total Football, tetapi cetak biru bahwa setiap pemain bertahan bersama, menyerang bersama, menyempitkan bidang serang lawan, dan memanfaatkan lebar lapangan untuk membangun serangan tetap dipegang teguh.
MU adalah klub yang juga memegang filosofi menyerang sebagai senjata utamanya. Sebutan Red Devils atau 'Setan Merah' mempunyai sejarah yang panjang, sepanjang sejarah klub itu sendiri.
Berawal dari klub bernama Newton Heath di seperempat akhir abad 19, mereka mendapat julukan 'The Heathen'. Konon sebutan Red Devils berasal dari kata heathen ini. Karena walau Heathen berarti pemain dari Newton Heath, tetapi heathen di kamus juga berarti mereka yang menentang Tuhan, karenanya setan. Ketika di awal abad 20 mereka memutuskan untuk mengganti seragam mereka menjadi merah, para penonton yang melihat permainan mereka yang berlari dan kesetanan menyerang tanpa henti, mengatakan seperti menonton setan itu sendiri yang berseragam merah, red heathen—red devil—setan merah. Julukan itu lekat walau Newton Heath telah berubah menjadi Manchester United.
Para pengurus klub sejak awal, atau setidaknya setelah berganti nama menjadi Manchester United, bermaksud untuk menghadirkan permainan menyerang dan tontonan yang menghibur, setia dengan julukannya sebagai Setan Merah. Manchester sebagai salah satu kota industri terbesar dunia dipergantian abad 20 memerlukan hiburan massal yang murah untuk penduduknya, dan MU ingin menyediakan hiburan itu. Satu lagi yang mereka inginkan: merekrut sebanyak mungkin pemain lokal.
Kalau di Rinus Michels Barcelona menemukan orang yang menyuntikkan kemenangan moral yang mereka dambakan, Manchester United menemukannya di Sir Matt Busby di tahun 1950-an.
Sir Busby menjaga nyawa sepakbola menyerang tetapi juga memperkenalkan keseimbangan. Pada dasarnya pertahanan yang kuat diperlukan untuk membangun serangan yang bagus dan serangan tidak dibangun dengan hanya asal menyepak bola sejauh mungkin ke garis pertahanan lawan dan menyerahkannya kepada duo striker yang biasanya tinggi besar, tapi lamban dan kecil namun cekatan. Serangan bisa dilakukan dengan menyusur tanah memanfaatkan pemain tengah dan sayap yang bagus dan bertenaga.
Tetapi sekali lagi harus ada keseimbangan, pemain bertahan tugas utamanya adalah bertahan, pemain tengah melindungi pemain bertahan dan mengalirkan serangan, pemain depan mencetak gol. Konsep konservatif sepakbola ini harus dipegang dengan disiplin tinggi, demikian Sir Matt Busby.
Sir Busby adalah salah satu pelatih di Inggris yang kemudian juga memperkenalkan konsep serangan balik mematikan lewat umpan cepat menyusur tanah memanfaatkan presisi umpan dan (atau) kecepatan pemain sayap, persis seperti yang ditiru Sir Alex Ferguson saat ini. Tentu diperlukan pemain yang bagus untuk mengeksekusi konsep serangan seperti ini karena kadang jendela waktu untuk melakukan serangan ini hanya sekitar 40 detik maksimum dari gawang ke gawang. Gol ketiga Cristiano Ronaldo ke Arsenal di semifinal Liga Champions yang hanya lewat sembilan sentuhan dan dibawah 30 detik adalah contoh paling mutakhir.
Dengan memanfaatkan jaringan gereja Katolik di Manchester, MU bukan klub keagamaan tetapi hirarki kepemilikan dan pelatihan dulunya adalah penganut Katolik yang taat, Sir Busby mendapat pasokan pemain berbakat lokal. Hasilnya adalah tim Busby Babes pertama yang dipuja tidak hanya di Inggris tetapi juga Eropa, tetapi sayangnya tidak sempat memenuhi potensinya karena kecelakaan pesawat di Muenchen tahun 1958. Busby Babes kedua tidak sehebat yang pertama tetapi mengantar MU menjadi klub Inggris pertama yang memenangi Piala Champions tahun 1968.
Sir Matt Busby menjadi dewa di MU dan bukan kebetulan kalau klub ini selalu menjaga cetak biru permainan yang diletakkan olehnya. Apalagi Alex Ferguson adalah salah satu pengagumnya dan mengaku menjaga tinggalan gaya permainan Busby adalah sebuah kewajiban baginya.
Barcelona vs Man United? Kalau keduanya setia dengan gaya permainan mereka, setia dengan perjalanan sejarah mereka, benar-benar akan menjadi final impian
STATISTIK MENGUNGGULKAN MU
Bicara soal final, Manchester United jelas punya rekor lebih baik dari Barcelona. Begitu juga untuk urusan head-to-head kedua kesebelasan. Pertanda The Red Devils bakal berjaya lagi?
Jawaban pertanyaan itu masih harus dilihat usai laga yang akan dihelat di Stadion Olimpico, Kamis (28/5/2009) dinihari WIB. Pasalnya, jika melihat performa mereka sepanjang musim ini, Barca juga memiliki peluang kuat untuk keluar sebagai juara.
Namun MU tak pernah gagal jika sudah mencapai final Liga Champions. Dari tiga final yang mereka lakoni sebelumnya, yakni pada 1968, 1999, dan 2008, semuanya berakhir dengan para pemainnya bergantian mengangkat trofi juara.
Sementara Barca sendiri sebelum ini sudah lima kali mencapai partai puncak. Namun, Los Blaugranas hanya dua kali berhasil menjadi juara, yakni pada tahun 1992 dan 2006.
Sepanjang sejarah, kedua tim sudah bertemu sebanyak sembilan kali. MU memenangi tiga di antaranya, sementara Barca dua. Sisa empat pertandingan lainnya berakhir dengan hasil imbang.
Pada pertemuan terakhir musim lalu, yakni pada babak semifinal, MU sukses menyingkirkan Barca usai menang 1-0 di Old Trafford. Kala itu Paul Scholes pahlawan kemenangan 'Setan Merah' lewat tendangan jarak jauhnya yang tak mampu dihalau oleh Victor Valdes.
Selain catatan di atas, masih ada berbagai fakta lainnya yang akan mengiringi laga final ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
* Meski terkenal dengan ketajamannya, Barca hanya sukses mencetak dua gol dalam tiga pertandingan terakhir di Liga Champions musim ini. Mereka bermain imbang 1-1 pada leg kedua perempatfinal melawan Bayern Munich, imbang 0-0 melawan Chelsea di leg I semifinal, dan akhirnya hanya bermain imbang 1-1 di leg II semifinal.
* Barcelona hanya pernah satu kemenangan dalam delapan pertandingan terakhir mereka melawan klub asal Inggris. Dalam empat laga terakhir melawan tim-tim Inggris, Barca bahkan hanya mampu mencetak satu gol.
* Lionel Messi telah mencetak delapan gol dalam 10 pertandingan terakhir di Liga Champions musim ini, namun tak ada satu pun golnya itu yang ia lesakkan ke gawang tim asal Inggris.
* Sepanjang sejarah, Barcelona telah 60 kali menghadapi tim Inggris di semua turnamen Eropa. Mereka memenangi 26 di antaranya. Sementara 16 lainnya berakhir dengan kekalahan, dan 18 lainnya berakhir imbang.
* MU kini tengah berusaha untuk memperpanjang catatan mereka menjadi 25 pertandingan tak terkalahkan di Liga Champions.
*Jika MU keluar sebagai juara, maka Sir Alex Ferguson akan menjadi pelatih pertama yang meraih tiga titel juara pada era Liga Champions--yang dimulai sejak tahun 1992.
* Tim-tim dari Spanyol dan Inggris sudah bertemu sebanyak 11 kali di partai final. Dari pertemuan-pertemuan itu, enam pertandingan dimenangi klub Spanyol, sementara lima sisanya oleh klub Inggris