Awal April'08 ini , Bali ( kembali ) ditimpa kelangkaan (baca : seret) BBM khususnya bensin. Terjadi antrian panjang di banyak SPBU , apalagi di Denpasar. Antrian untuk mendapatkan bensin bisa berjam-jam.
Alasan dari pihak Pertamina selaku penyedia BBM sangat klasik, salah satunya : ada perbaikan dermaga bongkar muat BBM di Manggis.
Rakyat sudah seperti anak kecil, yang sering dibobongi dengan alasan-alasan, yang mungkin anak kecil saja sudah tidak mau dengar. Rakyat sekarang sudah pintar-pintar, pak. Ada internet , yang 24 jam memberi informasi apa saja. Kalau Pertamina sudah tidak sanggup menyediakan BBM bagi rakyat, bagusnya kita undang Petronas saja kesini, biar Pertamina tidak sewenang-wenang (mode emosi = on) . Nggak usah bicara nasionalisme, kalau rakyat kecekik kayak gini. Bumi , air dan kekayaan alam tidak lagi dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, tapi dibuat untuk menindas rakyat. Hilangin aja pasal 33 UUD itu..
Di tengah kelangkaan BBM , masih ada pihak-pihak yang oportunis membaca situasi. Beberapa orang segera menjadi penjual bensin eceran , cara lama dipakai, mobil milik mereka diantrikan di SPBU, sampai dirumah disedot lagi dan dikemas dalam botol. Jadi mereka jual dalam satuan botol ,bukan liter, kemudian kuantitas 1 botol itu pun masih berkurang. Masih syukur nggak dicampur dengan minyak tanah. Duhh..
Sopir angkutan kota pun beralih profesi menjadi penjual bensin eceran, dengan teknik yang sama. Logis sekali, daripada narik Angkot nggak jelas juntrungnya, mending jualan bensin.. Nyata duitnya mas...
Sekali lagi, niat baik mungkin hilang ( baca : sudah menipis di negeri ini ). Dari pihak yang paling bertanggung jawab : Pemerintah sampai ke kita.
Kita butuh revolusi...
Alasan dari pihak Pertamina selaku penyedia BBM sangat klasik, salah satunya : ada perbaikan dermaga bongkar muat BBM di Manggis.
Rakyat sudah seperti anak kecil, yang sering dibobongi dengan alasan-alasan, yang mungkin anak kecil saja sudah tidak mau dengar. Rakyat sekarang sudah pintar-pintar, pak. Ada internet , yang 24 jam memberi informasi apa saja. Kalau Pertamina sudah tidak sanggup menyediakan BBM bagi rakyat, bagusnya kita undang Petronas saja kesini, biar Pertamina tidak sewenang-wenang (mode emosi = on) . Nggak usah bicara nasionalisme, kalau rakyat kecekik kayak gini. Bumi , air dan kekayaan alam tidak lagi dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, tapi dibuat untuk menindas rakyat. Hilangin aja pasal 33 UUD itu..
Di tengah kelangkaan BBM , masih ada pihak-pihak yang oportunis membaca situasi. Beberapa orang segera menjadi penjual bensin eceran , cara lama dipakai, mobil milik mereka diantrikan di SPBU, sampai dirumah disedot lagi dan dikemas dalam botol. Jadi mereka jual dalam satuan botol ,bukan liter, kemudian kuantitas 1 botol itu pun masih berkurang. Masih syukur nggak dicampur dengan minyak tanah. Duhh..
Sopir angkutan kota pun beralih profesi menjadi penjual bensin eceran, dengan teknik yang sama. Logis sekali, daripada narik Angkot nggak jelas juntrungnya, mending jualan bensin.. Nyata duitnya mas...
Sekali lagi, niat baik mungkin hilang ( baca : sudah menipis di negeri ini ). Dari pihak yang paling bertanggung jawab : Pemerintah sampai ke kita.
Kita butuh revolusi...