Masih inget nggak gambar ini ?
Syukurlah kalau masih inget. Ini adalah tabel periodik unsur yang dibuat oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869. Tabel ini memiliki banyak makna kata guru kimia dulu. Sayangnya aku memang tidak suka pelajaran kimia , jadinya terlewat semua.
Kata pak guru lagi :
Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya sehingga sifat kimia unsur didaftarkan berdasarkan nomor atom dan lambang unsurnya. Tabel periodik standar memberikan informasi dasar mengenai suatu unsur. Unsur-unsur tersebut berubah-ubah secara teratur sepanjang tabel.
Hihihi.. pengen ketawa lagi.. Kadang kalau dipikir kita mendapat pelajaran yang sama sekali tidak aplikatif untuk kehidupan kita. Semuanya harus kita terima. Mungkin inilah salah satu kesalahan fundamental dari pendidikan indonesia. Kurikulum yang mengadopsi gaya barat, tapi lingkungan indonesia yang kurang mendukung. Harusnya dibuat pola baru untuk kurikulum ini. Tidak usah mengadopsi barat, emang indonesia punya banyak dana untuk riset ?
Kalau yang teoritis di luar negeri sah sah saja, mereka punya dana berlebih untuk riset, untuk menampung anak-anak yang rasa ingin tahunya besar.
Mending anak SMU diajarin bagaimana wiraswasta (kayak internet marketing kali ya heheh.. ) agar tamat SMU tidak menjadi beban ortu atau keluarga ( Atau diajarain membuat dan mengelola blog kali ya ? )
Tidak semua orang punya duit buat kuliah. Buat makan aja susah..
Syukurlah kalau masih inget. Ini adalah tabel periodik unsur yang dibuat oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869. Tabel ini memiliki banyak makna kata guru kimia dulu. Sayangnya aku memang tidak suka pelajaran kimia , jadinya terlewat semua.Kata pak guru lagi :
Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya sehingga sifat kimia unsur didaftarkan berdasarkan nomor atom dan lambang unsurnya. Tabel periodik standar memberikan informasi dasar mengenai suatu unsur. Unsur-unsur tersebut berubah-ubah secara teratur sepanjang tabel.
Hihihi.. pengen ketawa lagi.. Kadang kalau dipikir kita mendapat pelajaran yang sama sekali tidak aplikatif untuk kehidupan kita. Semuanya harus kita terima. Mungkin inilah salah satu kesalahan fundamental dari pendidikan indonesia. Kurikulum yang mengadopsi gaya barat, tapi lingkungan indonesia yang kurang mendukung. Harusnya dibuat pola baru untuk kurikulum ini. Tidak usah mengadopsi barat, emang indonesia punya banyak dana untuk riset ?
Kalau yang teoritis di luar negeri sah sah saja, mereka punya dana berlebih untuk riset, untuk menampung anak-anak yang rasa ingin tahunya besar.
Mending anak SMU diajarin bagaimana wiraswasta (kayak internet marketing kali ya heheh.. ) agar tamat SMU tidak menjadi beban ortu atau keluarga ( Atau diajarain membuat dan mengelola blog kali ya ? )
Tidak semua orang punya duit buat kuliah. Buat makan aja susah..
