Tanggal kenaikan belum diumumkan, tapi jumlahnya sudah pasti .
Bensin yang harganya 4500, akan jadi 6000.
Mau didemo kayak apa, pemerintah takkan membatalkan kenaikan. Mahasiswa jungkir balik di Bunderan HI atau loncat dari tugu Monas pun, takkan membalikkan keadaan. Bukannya pesimis, tapi lihat kenyataan saja. Meski begitu, saya salut pada sekelompok anak muda yang berani menyuarakan hati nurani rakyat kecil yang makin terdesak. Apapun mereka lakukan , termasuk adu fisik dengan aparat.
Ironisnya, pemerintah memang terkesan cuek. Sekadar mendengarkan pun kadang mereka lupakan. Bobrok negeri kita memang begini. Kalau sudah duduk di kursi nyaman birokrat, jadi lupa dengan mereka yang berjuang untu hidup saja, berjuang agar bisa makan , minimal 2 kali sehari, itu pun belum secara layak.
Bagi rakyat kecil, kenaikan sekecil papaun, pasti akan terasa berat, mengingat kenaikan harga BBM, pasti mempunyai efek domino terhadap segala macam harga barang dan jasa.
Bagi kalangan pekerja, level apapun, kenaikan harga BBM sejumlah ini, tentu tidak otomatis menaikkan gaji atau upah mereka. Tentu ini jadi beban.
Saran saya, sebaiknya mahasiswa mengubah tuntutannya, dari "Tunda kenaikan BBM" menjadi tuntutan yang lebih rasional misalnya
"Potong gaji pejabat negara untuk kesejahteraan rakyat"
"Potong gaji DPR untuk BLT"
"Potong gaji gubernur BI untuk korban bencana alam"
"Alihkan dana BLBI untuk korban Lapindo"
dan apapun lainnya.
Apapun itu, pengawasan dan tekanan terhadap pemerintah, agar bisa ngemong dan melindungi rakyat harus terus dilakukan.
Bensin yang harganya 4500, akan jadi 6000.
Mau didemo kayak apa, pemerintah takkan membatalkan kenaikan. Mahasiswa jungkir balik di Bunderan HI atau loncat dari tugu Monas pun, takkan membalikkan keadaan. Bukannya pesimis, tapi lihat kenyataan saja. Meski begitu, saya salut pada sekelompok anak muda yang berani menyuarakan hati nurani rakyat kecil yang makin terdesak. Apapun mereka lakukan , termasuk adu fisik dengan aparat.
Ironisnya, pemerintah memang terkesan cuek. Sekadar mendengarkan pun kadang mereka lupakan. Bobrok negeri kita memang begini. Kalau sudah duduk di kursi nyaman birokrat, jadi lupa dengan mereka yang berjuang untu hidup saja, berjuang agar bisa makan , minimal 2 kali sehari, itu pun belum secara layak.
Bagi rakyat kecil, kenaikan sekecil papaun, pasti akan terasa berat, mengingat kenaikan harga BBM, pasti mempunyai efek domino terhadap segala macam harga barang dan jasa.
Bagi kalangan pekerja, level apapun, kenaikan harga BBM sejumlah ini, tentu tidak otomatis menaikkan gaji atau upah mereka. Tentu ini jadi beban.
Saran saya, sebaiknya mahasiswa mengubah tuntutannya, dari "Tunda kenaikan BBM" menjadi tuntutan yang lebih rasional misalnya
"Potong gaji pejabat negara untuk kesejahteraan rakyat"
"Potong gaji DPR untuk BLT"
"Potong gaji gubernur BI untuk korban bencana alam"
"Alihkan dana BLBI untuk korban Lapindo"
dan apapun lainnya.
Apapun itu, pengawasan dan tekanan terhadap pemerintah, agar bisa ngemong dan melindungi rakyat harus terus dilakukan.
Lawan.. lawan.. lawan..!!!Mentari menyala disini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruhnya sampai disini
Di sini di urat darahkuMeskipun tembok yg tinggi mengurungku
Berlapis kawat duri sekitarku
Tak satupun yg sanggup menghalangiku
Menyala didalam hatikuHari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di urat darahku.